10 Juni 2017

Yogyakarta Part 3: Negeri di atas awan (aka) Kebun buah Mangunan


Oke lanjut lagi ya, kali ini saya sharing wisata yang lagi kekinian di Yogyakarta yang orang-orang bilang Negeri di atas awan.

Tau lah ya kenapa di sebut begitu, yup mulai sekitar jam 05.00 pagi sampai jam 07.30 kabut turun sangat lebat di daerah ini jadi menciptakan seolah-olah kita berada sama tinggi dan bahkan di atas awan.

Ini bukan travel blog murni, hanya kumpulan kenangan saya yang dimaksudkan agar mudah di akses kapanpun oleh saya dan keluarga saat ingin melihat kenangan ini lagi. Jadi akan ada banyak foto sayanya ya, hehehe.

Lokasinya adalah Kebun Buah Mangunan, orang berwisata ke sini malah tidak terlalu tertarik kepada kebun buahnya, malah tertarik kepada efek kabut yang turun tersebut. Kebun buah ini dari yang saya baca dikelola oleh Pemda Bantul. Oh ya lokasinya sendiri di dataran tinggi Desa Mangunan, Dlingo Kabupaten Bantul. Dari tempat menginap saya di Malioboro dengan mengendarai santai berangkat jam 05.00 pagi sampai sana jam 05.50 di selingi beli perlengkapan pribadi dulu warung pinggir jalan. Ke arah sini nanti akan melewati makam raja-raja Yogyakarta Imogiri lanjut lagi ke atas, ke dataran tingginya. 

Kalau ke arah sini biasanya satu paket juga wisatanya ke arah Jurang Tembelan, Bukit Mojo, Puncak Becici, Seribu batu Songgo Langit, Hutan Pinus Mangunan, karena memang dari tempat wisata satu ke yang lainnya tidak terlalu jauh satu sama lain. Nanti akan di ulas juga ya.

Tipsnya seperti biasa karena ini adanya di dataran tinggi dengan tanjakan curam sangat disarankan agar kendaraan yang digunakan dalam keadaan sehat, apalagi kalau di tambah turun hujan, sudah menanjak-curam, licin lagi. Kalau cari sewa mobil travel lebih baik yang dengan travel yang sudah biasa untuk ke jalur ini.


Tiket masuk Rp 5000/orang. supir tidak di hitung. Parkir di luar, standar Rp 2000 saja/mobil.

Di sini yang di jual memang kabut lebatnya yang memberikan sensasi tersendiri dengan kita berdiri di atasnya jadi ke sininya harus subuh ya sebelum terbit fajar. Waktu saya di sana kabutnya turun sampai sekitar jam 07.00-07.30 saja, selanjutnya saat terang kembali memang masih bagus sih pemandangan bukit dan sungai yang ada di bawahnya (karena ini dataran tinggi), tapi kalau sudah siang tempatnya sudah sepi, orang-orang lanjut wisatanya ke Jurang Tembelan yang berada tidak jauh dari lokasi ini.

Di sini karena dataran tinggi jadi sering hujan, jangan lupa bawa payung dan baju untuk salin.











Jam 07 an sudah mulai terang, kabut sudah mulai menipis. Menyibak jurang dengan tebing dan sungai di bawahnya yang juga tak kalah indah.
















Dari lokasi ini, biasanya pada lanjut ke Jurang Tembelan yang lokasinya paling hanya berjarak 1 KM dari sini. Nantikan ulasan selanjutnya ya.

Salam,
Beny Satyahadi

7 komentar:

  1. Sudah lama tidak ke jogja lagi, save dulu ya buat nanti klo liburan ke jogja lagi

    BalasHapus
  2. Siip. Bagus sekarang Om, kreatif banyak pilihan tidak hanya Malioboro saja..

    BalasHapus
  3. Outstanding post Ьut I was wondering if you could write a litte moгe օn tһis topic?

    I'd be ᴠery grateful іf yⲟu could elaborate ɑ ⅼittle bіt mοre.
    Thank yоu!

    BalasHapus
  4. Semoga bisa menambah kunjungan ke sana ya, agar ekonomi berputar dan daerah lebih maju.

    BalasHapus
  5. Balasan
    1. Boleh kalo mau endorse saya, nanti kalo ke Jogja saya kontek ya, minta best price. Nanti saya endorse masukin ke blog ini... :)

      Hapus
  6. Tapi harus subuh2 mbak ke sananya. Jam 07.30 aja udah hilang awannya.

    Tks atensinya.

    BalasHapus